Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan mengalami gempa di dunia. Hal tersebut terjadi karena Indonesia terletak di atas tiga lempeng tektonik aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo Australia. Risiko gempa akan terjadi jika lempeng aktif tersebut saling bergerak menjauh atau bertabrakan. Beberapa daerah yang paling rawan gempa di Indonesia yaitu Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Di awal tahun 2021, berita tentang Sesar Lembang yang berpotensi menimbulkan gempa besar tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat.
Sesar Lembang adalah salah satu patahan geser aktif (dikenal dengan istilah sesar) di Jawa Barat yang terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung, tepatnya di kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sesar ini memanjang dari Padalarang hingga Jatinangor dengan jarak kurang lebih 29 km dan mengalami pertemuan dengan Sesar Cimandiri di sekitar Padalarang. Pertemuan dengan Sesar Cimandiri membuat Sesar Lembang berisiko menimbulkan gempa besar ketika aktif. Awalnya Sesar Lembang diprediksi memiliki kecepatan gerak 2 mm hingga 4 mm per tahun. Namun, angka tersebut naik secara cukup signifikan, yaitu berkisar antara 3 mm hingga 5 mm per tahun.
Upaya pemantauan Sesar Lembang oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah dilakukan sejak tahun 1963. Pada tanggal 1 Januari 1963, BMKG mulai memasang dan mengoperasikan World Wide Standardized Seismograph Network (Seismograf WWSSN) pertama untuk memantau aktivitas sesar tersebut. Sejak tahun 2008, pemantauan sesar tersebut berlangsung lebih akurat karena BMKG telah mengoperasikan jaringan monitoring gempa digital (digital seismic network) menggunakan sensor gempa dengan frekuensi lebar (broadband).
BMKG juga kembali memasang 16 sensor seismik periode pendek di kawasan tersebut secara lebih rapat di tahun 2019 untuk melengkapi 19 seismograf broadband yang sudah dipasang lebih dahulu di Jawa Barat dan Banten. Pemasangan sensor sengaja mengelilingi Sesar Lembang supaya aktivitas sesar aktif tersebut dapat dipantau secara akurat.
Aktivitas Sesar Lembang ditandai dengan terjadinya gempa-gempa kecil di sepanjang jalur sesar tersebut. Beberapa gempa yang terjadi akibat pergerakan Sesar Lembang antara lain:
Gempa magnitudo 3,3 dengan kedalaman sangat dangkal tanggal 28 Agustus 2011. Gempa ini mengakibatkan 384 rumah warga di kawasan Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua mengalami kerusakan.
Gempa magnitudo 1,5 hingga 3,4 sebanyak 14 kali pada periode 2010 hingga 2012.
Gempa magnitudo 2,8 dan 2,9 tanggal 14 dan 18 Mei 2017. Gempa ini dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI (menyebabkan benda-benda yang digantung bergoyang dan getarannya terasa di dalam rumah) tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
Sesar Lembang dianggap sudah tak aktif sejak tahun 1.600 setelah menyebabkan gempa dengan magnitudo 6,9. Namun, berdasarkan penghitungan periode ulang, siklus 500 tahun sesar tersebut berpotensi menyebabkan gempa besar di tahun 2100. Prediksi tersebut membuat BMKG lebih cermat mengawasi aktivitas di sekitar Sesar Lembang agar risiko gempa dapat diantisipasi semaksimal mungkin.
Wilayah utara jalur Sesar Lembang didominasi pegunungan bebatuan. Sedangkan wilayah selatannya memiliki kontur lebih rendah karena merupakan cekungan bekas danau. Berdasarkan topografi tersebut, Cimahi terhitung sebagai zona merah jika terjadi gempa akibat pergerakan Sesar Lembang. Pemerintah dan BMKG mengimbau warga Cimahi di 3 kecamatan (mencakup 16 kelurahan yang terdiri dari 600 jiwa) untuk selalu waspada menghadapi risiko gempa tetapi tetap tenang dan tidak terpengaruh pemberitaan yang keliru.
BMKG meminta pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Cimahi melakukan mitigasi bencana untuk menghadapi risiko pergerakan Sesar Lembang. Beberapa upaya yang mesti dilakukan pemerintah setempat, antara lain:
Salah satu langkah antisipasi gempa yang bisa Anda lakukan secara pribadi adalah menyimak informasi BMKG secara real time. Sehingga Anda dapat memperoleh informasi terbaru tentang Sesar Lembang dan aktivitas gempa lainnya di seluruh penjuru tanah air. Anda hanya perlu mengunduh dan menggunakan aplikasi Info BMKG untuk mendapatkan info terbaru setiap saat. Sekarang, Anda tak akan kesulitan mengakses aplikasi Info BMKG di luar rumah karena ada add-on Wifi.id Seamless dari IndiHome.
Add-on Wifi.id Seamless memungkinkan Anda mendapatkan koneksi otomatis ke seluruh titik Wifi.id di Indonesia dengan kecepatan up to 100 Mbps. Hanya dengan Rp10.000 per bulan untuk tiap perangkat, Anda bisa tersambung langsung dengan ribuan titik Wifi.id di seluruh Indonesia tanpa harus memasukkan username dan password berulang kali. Yuk, simak ulasan tentang syarat dan cara berlangganan add-on Wifi.id Seamless IndiHome agar Anda bisa segera mengaktifkannya:
Aktivasi add-on Wifi.id Seamless dari IndiHome membuat proses mitigasi gempa berlangsung lebih mudah karena Anda tak akan ketinggalan info terbaru dari BMKG. Mari menghadapi potensi gempa dengan kepala dingin agar Anda bisa melakukan upaya antisipasi terbaik.
Blog Lainnya
Blog Lainnya
Pentingnya Mengonsumsi Mineral dan Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh di Masa Pandemi...
Pentingnya Mengonsumsi Mineral dan Vitamin untuk Daya Tahan Tubuh di Masa Pandemi